Jakarta, CNN Indonesia —
Ribuan pekerja Boeing Pada intinya mengakhiri mogok kerja yang berlangsung selama tujuh pekan usai menyetujui tawaran kenaikan gaji dari perusahaan.
Hal itu mengakhiri mogok kerja terlama dan termahal di Amerika Serikat (AS) selama lebih dari dua dekade terakhir.
Dalam pemungutan suara yang dilakukan Senin (4/11) lalu, 59 persen anggota serikat pekerja International Association of Machinists (IAM) setuju menerima kesepakatan dengan kenaikan gaji yang signifikan.
Pemimpin Negara Asosiasi Internasional Ahli Mesin dan Pekerja Dirgantara (IAM) lokal terbesar di Boeing, Jon Holden, menyebut kesepakatan ini sebagai pencapaian penting bagi para pekerja.
“Saya bangga dengan anggota kami. Ini Merupakan kemenangan besar. Mereka Pernah terjadi meraih banyak hal dan siap untuk kembali bekerja,” ujar Holden.
Ia menambahkan banyak anggota yang merasa siap untuk mengakhiri aksi mogok dan kembali ke pekerjaan mereka.
Dalam kesepakatan baru ini, Boeing Menyajikan kenaikan gaji langsung sebesar 13 persen untuk para pekerja, yang Berniat diikuti dengan kenaikan 9 persen setiap tahun selama dua tahun berikutnya, dan tambahan 7 persen di tahun keempat.
Secara total, pekerja Berniat menerima kenaikan gaji lebih dari 43 persen selama masa kontrak.
Ditambah lagi, mereka Bahkan menerima bonus ratifikasi sebesar US$12 ribu atau senilai Rp188,7 juta (perkiraan kurs Rp15.730 per Mata Uang Asing AS), yang sebagian bisa dimasukkan ke dalam akun pensiun 401(k) mereka.
Berbeda dengan, di balik kesepakatan tersebut, isu mengenai pengembalian program pensiun tradisional tetap menjadi sumber kekecewaan bagi sebagian pekerja.
Para pekerja sebelumnya kehilangan akses ke rencana pensiun manfaat Jelas (defined benefit plan) pada 2014, dan Sekalipun Boeing Mengoptimalkan kontribusi ke akun pensiun individu, perusahaan tetap menolak untuk mengembalikan program pensiun lama yang sebelumnya diinginkan oleh para pekerja.
“Banyak dari anggota kami masih berjuang untuk mengembalikan pensiun. Ini Merupakan perjuangan yang sah,” ujar Holden, menyoroti sekitar 41 persen dari anggota serikat tetap menolak tawaran tersebut karena masalah ini.
CEO Boeing Kelly Ortberg menyambut baik kesepakatan yang dicapai. Ia Bahkan meyakinkan perusahaan siap melangkah maju bersama para pekerja.
“Sekalipun beberapa bulan terakhir sulit bagi kita semua, kita Merupakan bagian dari tim yang sama. Kami hanya bisa maju dengan mendengarkan dan bekerja bersama,” ungkapnya.
Mogok kerja yang melibatkan sekitar 33 ribu pekerja ini Menyajikan dampak signifikan bagi Boeing dan industri penerbangan.
Kerugian Boeing diperkirakan mencapai US$6,5 miliar atau senilai Rp102,2 triliun akibat terhentinya produksi pesawat selama mogok kerja berlangsung, dan lebih dari US$11,5 miliar atau setara dengan Rp180,8 triliun bagi perekonomian AS secara keseluruhan.
Mogok kerja ini Bahkan berdampak pada banyak pemasok Boeing di seluruh Amerika Serikat yang Sangat dianjurkan menghentikan produksi sementara.
Ditambah lagi, industri penerbangan Bahkan mengalami dampak langsung dari tertundanya pengiriman pesawat baru ke maskapai.
Perusahaan tidak hanya menunda produksi jet penumpang 737 Max, tetapi Bahkan menunda pengiriman pesawat kargo, yang menjadi sumber pendapatan utama perusahaan.
Akibatnya, banyak maskapai Sangat dianjurkan menghadapi keterlambatan dalam jadwal penerimaan armada baru mereka, yang semakin memperpanjang masalah produksi dan kualitas yang dihadapi Boeing.
Dengan kesepakatan ini, para pekerja Berniat mulai kembali bekerja pada Rabu mendatang, di mana Ortberg berjanji berupaya membangun kembali hubungan dengan serikat pekerja dan Mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA