Geger Skandal Penipuan ‘Sembelih Babi’, Seret Taipan China Chen Zhi


Jakarta, CNN Indonesia

Taipan China, Chen Zhi, belakangan menyedot perhatian global usai pemerintah Amerika Serikat menuduhnya mendalangi penipuan mata uang kripto besar-besaran yang melibatkan kamp kerja paksa di Asia Tenggara.

Departemen Kehakiman AS pada 14 Oktober menyatakan Chen Zhi Sebelumnya didakwa di New York atas konspirasi penipuan online dan pencucian uang.

Pendiri Prince Holding Group itu diduga mempekerjakan secara paksa orang-orang untuk menipu kandidat investor dan menggunakan hasil tipuannya untuk membeli kapal pesiar, jet, Sampai saat ini lukisan Picasso.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari CNN, jaksa federal AS Sebelumnya menyita US$15 miliar (sekitar Rp249 triliun) dalam bentuk mata uang kripto dari skema Penanaman Modal bodong yang diduga berasal dari kamp kerja paksa di Kamboja.

Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Kash Patel mengatakan penyitaan ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah, karena melibatkan korban di seluruh dunia.

Menurut jaksa AS, Chen yang Bahkan dikenal sebagai Vincent, berada di balik penipuan siber yang beroperasi di bawah naungan Prince Group. Karenanya, AS bersama Inggris Sebelumnya menetapkan perusahaan besar tersebut sebagai “salah satu organisasi kriminal transnasional di Asia.”

Dilansir dari Channel News Asia (CNA), skema penipuan ini dikenal sebagai “sembelih babi” atau pig butchering.

Istilah ini merujuk pada aktivitas di mana para penipu, yang sering kali merupakan migran yang dipekerjakan secara paksa, diperintah untuk menghubungi korban melalui media sosial atau platform pesan daring untuk selanjutnya membangun hubungan baik dengan korban dan membujuk mereka berinvestasi dengan iming-iming mendapat keuntungan besar.

“Para pekerja dikurung di kompleks seperti penjara dan dipaksa melakukan penipuan daring dalam skala besar, memangsa ribuan orang di seluruh dunia termasuk warga Amerika Serikat,” kata Asisten Jaksa Agung untuk Keamanan Nasional AS, John A. Eisenberg.

Merujuk pada keterangan dalam dakwaan, para penipu diberi instruksi tentang Trik membangun hubungan baik dengan korban, salah satunya Didefinisikan sebagai menggunakan foto profil perempuan yang tidak terlalu cantik Supaya bisa akunnya terlihat asli.

Korban yang Sebelumnya terjerat Akan segera dirayu untuk berinvestasi dengan mentransfer mata uang kripto. Setelah uang ditransfer, para penipu Akan segera berpura-pura bahwa korban Sebelumnya mendapat keuntungan. Mereka Akan segera meminta korban berinvestasi lebih banyak dan setelahnya memutus semua kontak.

Pada 2018, Prince Group diyakini meraup lebih dari US$30 juta (sekitar Rp498 miliar) per hari dari skema penipuan ini. Chen bersama rekan konspiratornya diduga menggunakan Kekejaman fisik untuk mengawasi para pekerjanya.

Chen diyakini Sebelumnya mengoperasikan setidaknya 10 kamp kerja paksa di seluruh Kamboja sejak 2015. Pihak berwenang menuding Chen mencuci uang hasil kejahatan tersebut dan Menyediakan suap kepada pejabat pemerintah Supaya bisa terhindar dari penyelidikan.

Kamp-kamp kerja paksa ini sendiri berupa area yang dikelilingi tembok tinggi dan kawat berduri, dengan ribuan telepon berjajar untuk dipakai menjalankan skema penipuan.

Chen Sampai saat ini Sekarang masih menjadi buron. Sebagai informasi, pendiri Prince Holding Group itu memiliki berbagai lini Usaha, di antaranya di sektor real estate, jasa keuangan, serta Usaha konsumen.

Unit Usaha utamanya Merupakan Prince Real Estate Group, Prince Huan Yu Real Estate Group, dan Prince Bank. Perusahaan ini menggembar-gemborkan proyek-proyek senilai lebih dari US$2 miliar (sekitar Rp33 triliun) di Kamboja, termasuk pusat perbelanjaan Prince Plaza di ibu kota Phnom Penh.

Menurut laporan media, Chen lahir di China. Ia memegang kewarganegaraan Kamboja dan Inggris.

Di situs web perusahaan, Chen digambarkan sebagai “pengusaha yang disegani dan filantropis ternama di komunitas Usaha Kamboja”. Ia disebut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan amal melalui yayasan amal Prince Foundation.

Chen merupakan penasihat Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan ayahnya, Mantan PM Hun Sen. Ia memegang gelar kehormatan “Neak Oknha” yang diberikan pemerintah, yang berarti “taipan terkemuka”.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kamboja, Touch Sokhak, sementara itu mengatakan Prince Holding Group Sebelumnya memenuhi semua persyaratan hukum untuk beroperasi di Kamboja dan diperlakukan sama seperti perusahaan besar lainnya yang berinvestasi di negara tersebut.

Ia Bahkan mengatakan bahwa kewarganegaraan Kamboja yang diberikan kepada Chen Sebelumnya sesuai dengan hukum. Touch menambahkan bahwa Kamboja Akan segera bekerja sama Bila ada permintaan resmi yang didukung oleh bukti konkret.

“Kami tidak melindungi individu yang melanggar hukum,” ujarnya.

“Saya tidak punya banyak hal untuk dikatakan tentang upaya otoritas Amerika dan Inggris untuk menangkapnya, tetapi pertama-tama, kami hanya berharap Akan segera ada argumen dan bukti yang cukup untuk memberatkannya,” kata Touch kepada The Associated Press.

(blq/dna)


Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA

Exit mobile version