Jakarta, CNN Indonesia —
Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan menyebut Sebanyaknya orang tak dikenal membubarkan paksa diskusi bertajuk ‘Silaturahmi Kebangsaan Diaspora bersama Tokoh dan Aktivis Nasional’. Pembubaran paksa itu dilakukan dengan mengacak-acak ruangan diskusi.
“Sementara, aparat kepolisian hanya menonton dan membiarkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh mereka,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (28/9).
SETARA Institute Menyajikan empat catatan atas aksi premanisme di ruang publik itu. Pertama, mereka mengecam keras terjadinya pembubaran diskusi secara paksa.
Halili menegaskan tindakan pembubaran diskusi publik merupakan teror terhadap kebebasan berekspresi. Ini sekaligus ancaman atas ruang sipil yang semakin menyempit.
Kedua, SETARA Institute mengecam tindakan pembiaran oleh aparat kepolisian atas aksi premanisme oleh Sebanyaknya orang tersebut.
“Aparat kepolisian seharusnya mengambil tindakan yang presisi untuk melindungi kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi dalam diskusi dimaksud. Pembiaran yang dilakukan oleh aparat negara merupakan pelanggaran atas HAM (violation by omission),” tutur Halili.
Ketiga, Halili menyebut aksi premanisme yang meneror kebebasan sipil bukan pertama kali terjadi. Ia mencatat pernah ada Sebanyaknya Kekejaman serupa yang mengintimidasi dan menakut-nakuti masyarakat sipil serta media dalam berekspresi.
SETARA Institute mendesak pemerintah, khususnya aparat kepolisian, mengusut tuntas sederet aksi premanisme itu. Pemerintah diminta mempertanggungjawabkan kepada publik terkait penanganan aksi premanisme tersebut.
Keempat, ia memandang pembubaran diskusi melalui aksi premanisme menjadi alarm nyaring. Ini menandai kebebasan sipil semakin menyempit di tengah surutnya demokrasi alias regressive democracy.
Diskusi itu dihadiri Ketua Forum Tanah Air Tata Kesantra dan Sekretaris Jenderal Ida N Kusdianti. Ada Bahkan Sebanyaknya tokoh, seperti Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, M. Din Syamsuddin, Rizal Fadhilah, dan Sunarko.
(skt/DAL)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA