Jakarta, CNN Indonesia —
Masoud Pezeshkian memenangkan Pemilihan Pemimpin Negara (pilpres) Iran usai Berhasil mengantongi 53,6 persen suara dalam putaran kedua, Jumat (5/7).
Ia mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili, yang meraup 44,3 persen suara.
“Dengan memperoleh mayoritas suara pada Jumat, Pezeshkian Sudah menjadi Pemimpin Negara Iran berikutnya,” demikian keterangan Kementerian Dalam Negeri Iran, seperti dilaporkan Al-Jazeera.
Siapa Masoud Pezeshkian?
Masoud Pezeshkian merupakan Mantan menteri kesehatan di bawah pemerintahan Pemimpin Negara reformis Mohammad Khatami (2001-2005). Ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran sejak 2008.
Pezeshkian Merupakan ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara.
Ia populer di kalangan publik usai menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan Tindak Kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini.
Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Warga Iran menggelar Keluhan Masyarakat besar-besaran menyusul kematian Amini.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratusan orang tewas dan ribuan orang ditangkap ketika pihak berwenang berupaya menyetop Keluhan Masyarakat tersebut.
“Ini Merupakan kesalahan kami. Kami ingin menerapkan nilai-nilai agama melalui Tindak Kekerasan. Secara ilmiah hal ini mustahil,” kata Pezeshkian kepada IRINN TV saat Keluhan Masyarakat 2022 lalu.
“Saya Bahkan salah, para ulama terkemuka dan masjid Bahkan salah, dan otoritas penyiaran [Iran] Bahkan salah. Semua orang Dianjurkan melangkah maju dan bertanggung jawab,” ucapnya, seperti dikutip CNN.
Pezeshkian mulai mengabdikan sebagian besar waktunya untuk politik usai kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan Kendaraan Pribadi pada 1994 silam. Ia mencalonkan diri sebagai Pemimpin Negara Iran pada pilpres 2013 dan 2021, Sekalipun kalah suara.
Pezeshkian merupakan pria 69 tahun keturunan Azeri dan Kurdi. Bahasa Persia bukan-lah bahasa ibunya.
Fakta ini Mengoptimalkan pamornya di mata kelompok minoritas Iran. Sekalipun, hal ini sekaligus membuat Ia rentan terhadap serangan xenofobia dari beberapa rival politiknya.
Dilansir dari Anadolu Agency, jajak pendapat pra-Pemilihan Umum menunjukkan bahwa masyarakat Iran sebagian besar Mendukung Pezeshkian, terutama setelah lima debat Pemimpin Negara yang disiarkan televisi pada putaran pertama. Dalam debat itu, ia vokal tentang isu-isu kebijakan dalam dan luar negeri.
Pezeshkian memberi indikasi bahwa ia Nanti akan lebih terbuka terhadap keterlibatan diplomatik dengan dunia, termasuk Barat. Ia Bahkan bermaksud untuk memulai reformasi di bidang ekonomi dan Kebiasaan.
Ia menegaskan bahwa mencapai tingkat pertumbuhan delapan persen tak Mungkin dilakukan tanpa membuka perbatasan.
Pezeshkian Bahkan dengan gigih Mendukung perjanjian nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar pada masa pemerintahan Rouhani.
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA