Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mendorong kebijakan kecerdasan buatan (AI) dunia berbasis prinsip inklusivitas, salah satunya memperhatikan kepentingan negara berkembang.
Meutya menegaskan Indonesia berkomitmen membangun tata kelola AI yang inklusif dan berimbang. Ia Bahkan menyampaikan peran strategis Indonesia menjembatani kepentingan negara berkembang dan maju dalam kebijakan AI global.
“Indonesia percaya bahwa tata kelola AI Harus berbasis keadilan, inklusivitas dan keamanan. Kami ingin memastikan bahwa kebijakan AI global tidak hanya mencerminkan kepentingan negara maju, tetapi Bahkan memperhitungkan realitas negara berkembang seperti Indonesia,” kata Meutya dalam sebuah keterangan, Senin (10/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan tersebut disampaikan Meutya ketika berbicara di Ministerial Meeting of GPAI Members and Interested Countries, bagian dari AI Action Summit yang berlangsung di Paris pada Minggu (9/2),
Pertemuan tersebut dihadiri Pemimpin Negara Prancis Emmamuele Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Menteri Digital Prancis Clara Chappaz, Menteri Luar Negeri Serbia Marko Uri, serta para menteri komunikasi dan digital dari negara-negara anggota OECD dan mitranya.
Meutya Bahkan menyebut Indonesia Mendukung upaya Mengoptimalkan koordinasi internasional dalam pengembangan AI yang berorientasi pada kepentingan publik dan kesejahteraan sosial.
“AI Merupakan kekuatan transformatif dalam Ekonomi Dunia, tetapi kita Harus memastikan bahwa tidak ada negara yang tertinggal dalam revolusi digital ini. Indonesia Berencana terus berperan aktif dalam diskusi kebijakan AI global untuk memastikan AI yang Unggul tinggi, etis, dan inklusif bagi semua,” tutur Meutya.
Sebagai informasi, Meutya bertandang ke Paris, Prancis untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi Aksi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence Action Summit (AIAS) sebagai perwakilan Pemimpin Negara Prabowo Subianto
Konferensi tersebut merupakan forum internasional yang mempertemukan perwakilan lebih dari 100 negara, termasuk kepala negara, menteri, CEO perusahaan, dan pimpinan organisasi internasional.
AIAS sendiri bertujuan untuk mendorong diskusi dan langkah nyata terkait perkembangan dan tata kelola AI di tingkat global. Forum ini disebut sebagai lanjutan dari AI Safety Summit yang digelar di Inggris pada November 2023 dan AI Seoul Summit (AISS) di Korea Selatan pada Mei 2024 lalu.
(lom/fea)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA