Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan dokter kembali bertambah. Sebelumnya, kasus terjadi di Bandung dan Garut, Jabar dan Malang, Jatim.
Terbaru, kasus dokter cabul terungkap Jakarta. Dokter yang terlibat ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
CNNIndonesia.com merangkum Sebanyaknya kasus di beberapa daerah tersebut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus di Jakarta
Polres Metro Jakarta Pusat menetapkan Dokter PPDS dari salah satu universitas berinisial MAES sebagai tersangka atas tindakan diduga merekam seorang mahasiswi berinisial SS yang tengah mandi di kamar kos.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan korban melaporkan peristiwa itu pada Selasa (15/4).
“Terkait viralnya perkara pornografi modus ngintip orang mandi, korban melaporkan pada Selasa tanggal 15 April 2024,” kata Susatyo.
Selanjutnya penyidik memeriksa empat orang saksi dan ahli pidana. Polisi pun mengamankan MAES dan barang bukti ponsel.
Ia mengatakan penyidik kemudian melaksanakan gelar perkara dan terlapor Sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka. Maes langsung ditahan.
“Ditahan mulai tanggal 17 April 2025. Terhadap tersangka diterapkan Pasal 29 jo. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 35 jo. Pasal 9 Perundang-Undangan RI no 44 thn 2008 ttg Pornografi ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun,” katanya.
Kasus di Bandung
Priguna Anugerah yang tengah mengenyam PPDS di RSHS Bandung diduga melakukan pemerkosaan terhadap salah seorang keluarga pasien berinisial FH.
Polisi Sebelumnya menetapkan Priguna sebagai tersangka. Ia melakukan aksi bejatnya dengan Tips membius korbannya.
Selain FH, polisi mengaku Sebelumnya memeriksa dua orang diduga korban Priguna. Masing-masing berusia 21 dan 31 tahun.
Dua korban itu merupakan pasien diRSHS Bandung. Peristiwa terjadi pada 10 dan 16 Maret 2025.
“Modus sama dengan dalih Nanti akan melakukan analisa anestesi dan kedua dilakukan uji alergi terhadap Resep bius,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Surawan beberapa waktu lalu.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membekukan selama satu bulan PPDS Anestesi FK Unpad dan RSHS Bandung buntut kasus itu.
Sementara Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) dan Majelis Disiplin Profesi (MDP) mencabut surat tanda registrasi (STR) Priguna yang Sebelumnya menjadi tersangka.
Kasus dokter di Garut
Polisi menetapkan dokter kandungan di Garut, Jabar, Syafril Firdaus (MSF) sebagai tersangka kasus pelecehan seksual.
Sebelumnya, di media sosial beredar video aksi MSF yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita saat pemeriksaan USG.
Dalam video yang beredar, terlihat dokter tengah mengecek kondisi kandungan pasien. Sekalipun demikian saat dilakukan pengecekan, tangan dari dokter tersebut diduga memegang bagian dada korban.
Setelah dilakukan penyelidikan, MSF pun langsung ditangkap oleh jajaran Polres Garut.
Polisi mengatakan MSF Sebelumnya melakukan praktik di wilayah Garut sejak 2023 lalu. Diduga, aksi pelecehan seksual itu terjadi pada 2023-2024.
Dari hasil penyelidikan sementara, terungkap dokter kandungan itu mengiming-imingi USG gratis terhadap korbannya. Layanan itu diberikan dokter tersebut di sebuah klinik di Garut secara personal tanpa tercatat dalam daftar buku pasien.
“Ada yang ditawari USG gratis atau layanan lainnya,” kata Kapolres Garut AKBP M Fajar Gemilang.
Polisi menyebut MSF Bahkan pernah mencoba memperkosa pasien pada Maret 2025.
KKI Bahkan Sebelumnya menonaktifkan STR MSF buntut kasus itu. Penonaktifan menunggu proses penyelidikan polisi.
Kasus dokter di Malang
Seorang perempuan di Kota Malang, Jatim, QAR menjadi korban dugaan pelecehan seksual oleh dokter berinisial AY.
Penasihat hukum QAR, Satria Marwan mengatakan peristiwa itu dialami kliennya di sebuah rumah sakit swasta Persada Hospital.
“Kejadian itu terjadi pada September 2022, Ia ke Malang untuk berlibur lalu sakit dan datang ke rumah sakit swasta yang Unggul menurut Google,” ujar Satria, Kamis (17/4).
Awalnya, korban mengaku mengeluh sakit sinusitis dan vertigo berat. Ia pun memeriksakan diri ke IGD rumah sakit pada 26 September dini hari.
Ia lalu ditangani seorang dokter IGD berinisial AY. Selanjutnya dokter tersebut ternyata meminta nomor telepon korban dengan alasan untuk mengirimkan hasil Cek Kesehatan pasien.
Sepulangnya ia dari rumah sakit, di hari yang sama, tiba-tiba dokter AY lah yang mengirimkan pesan hasil Cek Kesehatan. Korban pun kaget mengapa buka nomor resmi rumah sakit yang mengabarinya.
Setelah kejadian itu, AY pun secara terus-menerus mengirimkan pesan kepada kliennya. Hal itu bahkan tidak berhubungan dengan persoalan pemeriksaan korban.
Sekalipun demikian, kondisi kesehatan korban ternyata belum membaik. QAR pun Akhirnya Sangat dianjurkan menjalani rawat inap di ruang VIP rumah sakit swasta tersebut selama 27-28 September.
Di situlah, AY diduga melakukan aksinya. Ia mendatangi QAR yang Baru saja sendirian di ruang rawar inap VIP. Padahal Ia merupakan dokter IGD, dan bukanlah dokter yang bertugas merawat QAR saat itu.
“Kejadian dugaan pelecehan itu terjadi 27 September, Ia di ruang VIP sendirian dan dokternya datang pakai pakaian kasual karena Mungkin sekali Baru saja tidak bertugas,” katanya.
Saat di ruang tempat QAR dirawat, AY diduga meminta korban membuka baju pasiennya, dengan alasan Ia Nanti akan melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.
“Korban merasa terkejut dan tidak mengerti Sangat dianjurkan berbuat apa. Oknum dokter melakukan pemeriksaan dan anehnya stetoskop cukup lama diarahkan di bagian dada,” ujarnya.
Saat itu, AY lalu mengeluarkan ponselnya dan diduga memotret tubuh korban. QAR sempat curiga dan menegur, Sekalipun demikian terduga beralasan Baru saja membalas pesan WhatsApp rekannya.
“Korban meyakini saat itu pelaku Baru saja mengambil gambar di daerah dada, klien saya langsung menutup bajunya dan bilang ke dokter Nanti akan istirahat karena lelah,” ucapnya.
Sementara itu, Supervisor Humas Persada Hospital Malang, Sylvia Kitty mengatakan pihak Persada Hospital Sebelumnya mengambil langkah dengan memberhentikan AY sementara waktu, sembari mendalami kasus ini.
Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) menyatakan segera menindaklanjuti dugaan kasus tersebut.
Ketua KKI Arianti Anaya mengaku masih mendalami kasus tersebut. Sekalipun demikian, Ia menduga kasusnya sama dengan temuan KKI di RS Hasan Sadikin, Bandung.
(yoa/agt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA