Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Gizi Nasional mendapatkan anggaran sebesar Rp71 triliun. Informasi itu terungkap dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025.
Anggaran lembaga yang baru dibentuk itu Berkelas dibandingkan beberapa kementerian/lembaga (K/L) lain.
Ada dua kementerian teknis yang Pada dasarnya penting, tapi pagu belanjanya kalah dari Badan Gizi. Mereka Merupakan Kementerian Keuangan yang diberi Rp53,2 triliun atau turun dari Outlook 2024 sebesar Rp67,4 triliun dan Kementerian Perhubungan yang mendapat Rp24,8 triliun, anjlok Rp14,1 triliun dari Rp38,9 triliun.
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengungkap anggaran Rp71 triliun itu tidak hanya untuk pengadaan paket makanan program Makan Bergizi Gratis.
Ternyata, anggaran itu Bahkan untuk mendanai operasional Badan Gizi Nasional. Dadan membenarkan saat ditanya anggaran itu Bahkan untuk membiayai operasional Badan Gizi Nasional, termasuk membayar gaji pegawai dan keperluan lainnya.
“Menyangkut seluruhnya. Termasuk (gaji pegawai), seluruhnya,” kata Dadan saat ditemui di Istana Negara, Jakarta, Senin (19/8).
Lantas wajarkah lembaga baru seperti Badan Gizi mendapatkan anggaran jumbo. Bisakah mereka mengelolanya di usia yang masih ‘bayi’?
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda skeptis Badan Gizi mampu mengelola anggaran tersebut. Ia menilai mengelola uang besar bagi sebuah organisasi baru cukup berisiko.
Menurutnya, waktu empat bulan Sampai sekarang akhir 2024 sangat pendek. Ia skeptis Badan Gizi bisa mengelola anggaran itu dengan baik.
Pasalnya, dalam kurun Pada masa itu; Badan Gizi Nanti akan disibukkan dengan penataan organisasi. Tak hanya itu, Badan Gizi kalau pun jadi dilanjutkan, Harus mempersiapkan teknis pelaksanaan program yang dimulai pada awal 2025.
Salah satunya, makan bergizi gratis yang mulai dilaksanakan pada awal 2025.
Ia menegaskan adaptasi organisasi badan tersebut Niscaya Nanti akan memakan waktu lama. Dan kalau dugaan ini benar, Program Makan Bergizi Gratis dan anggaran triliunan Mata Uang Nasional yang ada di dalamnya bisa terbengkalai bahkan menguap tidak jelas.
“Anggaran Rp71 triliun merupakan anggaran yang besar dan Badan Gizi Nasional mempunyai tanggung jawab besar untuk melaksanakan program makan bergizi gratis,” ucapnya kepada CNNIndonesia.com.
Nah, Supaya bisa masalah itu tak terjadi, ia Menyajikan dua solusi. Pertama, mencabut Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan untuk langsung menjalankan program tersebut.
Kedua, Huda menyarankan Badan Gizi Nasional dibubarkan.
“Badan ini Bahkan (dibentuk) Merujuk pada perpres yang artinya bisa dibubarkan sewaktu-waktu. Saya rasa Seandainya tidak efektif lebih baik dibubarkan saja Badan Gizi Nasional. Makan bergizi gratis diserahkan ke Kementerian Sosial dan dijadikan program bantuan sosial (Bantuan Kemensos),” tandasnya.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan anggaran Badan Gizi memang cukup besar dibandingkan badan baru lainnya yang dibentuk pemerintah 10 tahun terakhir. Misalnya Badan Ekonomi Kreatif yang dibentuk sekitar tahun 2014 lalu hanya memiliki anggaran Rp1,1 triliun.
Yusuf paham bahwa anggaran di suatu kementerian atau lembaga Nanti akan ditentukan dari seberapa besar tanggung jawab yang Nanti akan diemban oleh kementerian dan lembaga tersebut.
Yusuf mengatakan anggaran Badan Gizi memang Bahkan Nanti akan dialokasikan untuk hal-hal yang bersifat administratif seperti misalnya belanja pegawai dan belanja barang yang diperuntukkan untuk Membantu aktivitas dari pekerja.
Justru, besarnya anggaran tak terlepas kebutuhan untuk Makan Bergizi Gratis.
“Kalau kita melihat dari potensial target sasaran, Sekaligus menu yang diberikan memang Akhirnya anggarannya Harus besar karena cakupan yang Nanti akan diemban oleh program ini Bahkan relatif luas,” katanya.
Karena anggaran yang cukup besar, Yusuf mengatakan pemerintah terutama di masa transisi ini Harus menyusun rencana kerja Badan Gizi dengan matang. Hal yang tidak boleh luput dari rancangan kerja tersebut Merupakan anggaran Rp71 triliun Bahkan Sebelumnya Harus memasukkan anggaran yang diperuntukkan untuk evaluasi dan proses monitoring program Makan Bergizi Gratis.
Hal itu penting karena Makan Bergizi Gratis merupakan program baru sehingga Harus perhatian khusus.
“Jadi di tengah tingginya atau besarnya anggaran yang diberikan di badan ini, tidak boleh lewatkan perencanaan anggaran yang memang dikhususkan untuk proses monitoring dan evaluasi,” katanya.
(agt)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA