Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Amerika Serikat Sudah mengalami tiga kali shutdown atau berhenti beroperasi di masa pemerintahan Kepala Negara Donald Trump.
Shutdown Merupakan kondisi ketika sebagian lembaga pemerintahan federal Dianjurkan berhenti beroperasi karena Kongres gagal menyepakati anggaran tahunan.
Pada Selasa (30/9), Senat gagal meloloskan rancangan undang-undang mengenai anggaran tahunan. Akibatnya, pemerintah AS resmi memasuki periode shutdown yang entah berlangsung Sampai saat ini berapa lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebuntuan ini terjadi setelah Partai Demokrat bersikeras Supaya bisa Bantuan Pemerintah layanan kesehatan diperpanjang di bawah Undang-Undang Perawatan Ekonomis (Affordable Care Act/ACA). Pasalnya, dalam RUU anggaran yang divoting, Bantuan Pemerintah kesehatan ACA ini Akan segera kedaluwarsa.
Partai Republik menolak permintaan Demokrat karena ingin RUU anggaran bersih tanpa tambahan persyaratan.
Di era Trump, shutdown 2025 ini merupakan yang ketiga kali. Shutdown pertama terjadi pada 20 Januari 2018 sampai 22 Januari 2018. Shutdown kedua terjadi pada 22 Desember 2018 sampai 25 Januari 2019.
Lantas, apa yang membedakan shutdown Di waktu ini dengan dua sebelumnya?
Shutdown pertama di periode Trump terjadi karena Partai Demokrat meminta Supaya bisa pemerintah menyetujui anggaran untuk kebijakan imigrasi di bawah Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA). Demokrat Bahkan meminta jaminan terhadap deportasi imigran di bawah undang-undang DREAM.
Partai Republik menolak permintaan tersebut. Menurut Republik, pembahasan tentang imigrasi dan individu di bawah DACA baru bisa dilakukan pada pertengahan Maret tahun berikutnya.
Shutdown yang berlangsung tiga hari tersebut berdampak pada sekitar 692.000 pegawai federal, yang terpaksa dirumahkan.
Meski begitu, shutdown saat itu tidak separah shutdown sebelum-sebelumnya karena sebagian besar lembaga pemerintah masih beroperasi seperti sedia kala. Ditambah lagi, hanya sepertiga taman nasional yang ditutup selama kurun waktu tersebut.
Shutdown kedua era Trump terjadi selama 35 hari, menandai deadlock terpanjang dalam sejarah AS. Shutdown kedua ini buntut keinginan Trump membangun tembok perbatasan AS-Meksiko senilai 5 miliar USD atau sekitar Rp82 triliun.
Trump saat itu menegaskan tak Akan segera menandatangani rancangan apa pun yang tidak menyertakan anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko. Trump ingin membangun tembok perbatasan karena berniat menyetop arus imigran ilegal dan Narkotika yang masuk dari Meksiko.
Partai Demokrat enggan menyertakan hal ini dalam rancangan sebab pembangunan ini dinilai mahal dan tidak efektif menyetop imigrasi ilegal dan Narkotika.
Dampak dari shutdown itu sendiri Dikenal sebagai sekitar 380.000 pegawai federal dirumahkan dan 420.000 pegawai lain bekerja dengan gaji yang tertunda. Layanan Retribusi Negara masyarakat Bahkan tersendat dan taman nasional banyak ditutup. Sektor penerbangan Bahkan terganggu karena kurangnya staf pengawas lalu lintas udara.
Sementara itu terkait shutdown pemerintah tahun ini, sekitar 750 ribu pegawai federal diperkirakan Akan segera dirumahkan tanpa digaji.
Shutdown kali ini Bahkan disebut-sebut cukup berbeda karena terjadi di tengah runcingnya perseteruan politik antara Demokrat dan Republik.
Demokrat meminta Supaya bisa layanan kesehatan tetap diberikan dana. Tetapi, Ditambah lagi, mereka Bahkan meminta Supaya bisa Trump tidak berlaku semena-mena dengan kekuasaan eksekutifnya, misalnya, terkait keputusannya menyetop anggaran untuk bantuan asing.
Sementara itu, bagi Republik, shutdown ini menjadi momentum untuk menyasar badan-badan milik Demokrat. Trump sendiri Sebelumnya menyatakan bakal menyetop dana bantuan untuk lembaga-lembaga yang didukung Demokrat.
(blq/dna)
Sumber Refrensi Berita: CNNINDONESIA